Terimakasih Perokok

Aku tidak perlu tahu, tentang hijau yang menghijau diantara padang rumput nan hijau. Atau putih yang menjadi abu-abu, ataupun corak lain yang membuat mata ku tak berhenti menatap kebingungan.

Aku selalu tertarik dengan rokok, tapi aku membencinya. Sama seperti aku mencitai hitam tetapi tak ingin melihat hitam itu. Malam itu, kepulan asap rokok yang memenuhi ruangan sepak bola, di gedung  UKM Unnes membuat ku kembali memperhatikan betapa indahnya warna putih pun abu-abu dari asap rokok. Lalu, aku ikut menghirup sisa-sisa dari bau putung rokok yang  sudah mati terkubur abu tubuh nya sendiri di asbak berwarna coklat.

Paru-paru ku malam itu bekerja ekstra sepanjang malam, ketika sudah cukup sesak ia menghirup sisa asap dan memenuhi otak ku maka aku kemudian angkat bicara. Bertahan hidup tujuan ku, karena sungguh terakhir kali ketika aku merasakan sesak nafas hingga terbujur kaku seluruh tubuh rasanya aku memang  akan mati. Seolah nyawa ku saat itu benar-benar terhenti di tenggorokan dan siap untuk melayang entah kemana ia akan pergi, bersama kepulan asap itu mungkin.

Perokok itu rupanya memang baik hati dan senang berbagi, ia tak mau menikmati sendiri rokok yang bolak-balik dihisapnya. Karena itu, dia membagi nikmat merokok dengan yang lain. Rupanya, aku memang salah paham. Mata ku memang sudah dibuat bingung. Asap cantik yang sedari tadi membuat dadaku sesak, rupanya ia sedang  menari-nari didepan ku bersiap untuk kuhirup, perokok yang ada di depanku saat itu mempersilahkan ku untuk ikut menikmati rokoknya.

Perokok itu tidak egois, jika ada slogan atau poster yang kalian temui dan bertuliskan “kalau mau merokok, asap nya ditelan sendiri” jangan setuju. Seharusnya  kita sebagai perokok pasif ini berterima kasih, mereka yang membuang uang nya untuk membeli rokok dan kita hanya menerima gratis. Bukankah setiap orang senang dengan apapun itu asalkan gratis ? terlebih lagi, ketika banyak perokok kemudian protes karena naiknya harga camilan pokoknya, kita tidak perlu ikut capek protes, toh mereka tetap akan beli, dan dengan senang hati membagi kenikmatan camilan itu.
Sudahlah, tak perlu lagi khawatir dengan orang-orang yang merokok itu. Biarkan saja mereka menikmati camilannya, toh banyak perokok yang hidup sehat dan sejahtera hingga tua karena rokoknya. Tak perlu lagi khawatirkan mereka. Jika akhirnya mereka jatuh sakit, pasti bukan rokok penyebabnya ! itu memang takdir yang ditulis Tuhan jauh-jauh hari.

Lalu ? selama ini ternyata aku salah membenci rokok. Akan kumulai mencintainya, dan menghirup sisa kepulan asap itu, biar paru-paru ini bekerja lebih keras lagi. Agar terlatih !



Khansa Amira Rosyida 

Ungaran, 17 Desember 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak SMK

Pesona Keindahan Candi Gedong Songo, Mitos, Legenda dan Keunikannya

Bosan dengan Wisata Kota? Kunjungi Curug Lawe Benowo di Ungaran, Ini Daya Tariknya!