Apa Dosa Seorang Jomblo ?


Jomblo, identik dengan pilihan seseorang untuk menyendiri dari hubungan asmara dengan lawan jenis. Jomblo identik pula dengan hujan di malam minggu, yang konon ketika hujan turun di malam minggu adalah doa seorang jomblo yang mengutuk pasangan bermesraan sementara ia kesepian di malam itu. Jomblo khas dengan rasa kesepian, sok jual mahal atau menaruh target tinggi pada lawan jenis. Jomblo bisa jadi sebuah pilihan ataupun nasib (karena tidak laku ? eh).



Bicara soal jomblo, pembaca ingatkah debat cagub DKI 2017 putaran  pertama ? ingatkah siapa moderator pada acara debat itu? Yap! Ira Koesno,  karena jomblo, ira sempat menjadi bahan gunijingan di media sosial. Duh ! apa sih dosa seorang jomblo?

Fenomena jomblo menjadi bahan perundungan (bullying) ini sudah terjadi sejak lama, anak remaja pada umumnya merasa kurang nyaman ketika tidak memiliki kekasih, kemudian muncul lah drama romansa picisan seperti sinetron yang tak kunjung selesai juga. Biasanya, ketika drama ini berlangsung yang merasa paling menderita adalah perempuan, entah merasa di khianati, atau laki-laki nya yang mudah berubah rasa? karena menjadi konsumsi sehari-hari kisah jomblo dan kisah cinta remaja dimanfaatkan oleh pembuat skrip sinetron, yang akhirnya menjadi “Anak Jalanan” atau yang lain saya kurang paham. Drama ini menjadi tontonan sehari-hari anak kecil, yang kemudian dicontoh karena dianggap wajar. Nah, ketika sudah begini barulah orang dekat si anak itu bercuit “ anak jaman sekarang moral rusak karena sinetron?” ah, bingung saya.




Karena punya kekasih seorang remaja yang akhirnya putus dengan pacar nya bisa bunuh diri, tak jarang bukan ditemui berita semacam itu? atau kasus pembunuhan sebab sakit hati diputuskan oleh pacarnya. Kalau sudah begini, rugi mana yang jomblo atau yang memiliki pacar ?


Pacaran, dalam islam adalah asal mula dari zina lho. Beda sudah kasusnya jika ia menyelesaikan masa jomblo dengan menikah, diakui negara dan agama. Pacaran biasanya menjadi alasan seorang remaja untuk semangat belajar, tak jarang adik kelas saya pun teman saya bercerita bahwa, “punya pacar kan enak, ada yang nyemangatin kalau belajar”. Kemudian ketika mendekati masa UN hampir 85% teman saya yang memiliki pacar saat itu memutuskan untuk mengakhiri hubungan pacaran itu. Ketika saya tanya kenapa, mereka menjawab “aku kan mau fokus UN, kalo pacaran nanti keganggu” sontak mendengar jawaban itu saya hanya terdiam, bingung. Pie sih.

Ada siklus yang  pasti dialami seorang remaja yang doyan sekali mencari pengalaman asmara masa labil. Dari teman-makin dekat-pacaran-marahan-putus-galau-jomblo-dapet lagi. Udah gitu terus aja. Asik pacaran gak di lamar-lamar kan nyesek juga. Rajin pacaran gak jamin nikah duluan kok. (positive thinking).

Tulisan ini bukan pembelaan penulis karena seorang jomblo, bukan juga curhat karena sering di bully karena jomblo, bukan juga peratapan karena lama jomblo, bukan cari alasan karena masih  menjomblo. Cara paling epic mengakhiri masa jomblo adalah dengan menikah, sementara keputusan pacaran adalah kerugian yang dirasakan kedua belah pihak secara sadar ataupun tidak. Kalau bicara agama, tentu saja banyak ruginya. Tapi saya enggan membahas persoalan itu. Berat.

Yasudah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona Keindahan Candi Gedong Songo, Mitos, Legenda dan Keunikannya

Bosan dengan Wisata Kota? Kunjungi Curug Lawe Benowo di Ungaran, Ini Daya Tariknya!

Anak SMK